MASALAH PERKEMBANGAN KOGNITIF


MAKALAH
PERMASALAHAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Permasalahan AUD
Dosen : Eneng Sri Susilawati, M.Pd.



Disusun oleh :

KELOMPOK : 3

INTAN (4322314040015)
IYOS ROSTIKA (4322314040001)
NURASYIYAH ISLAMIYATY (4322314040013)

Semester V

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
2016


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam semesta ini.
Alhamdulillah berkat petunjuk dan karunia Allah SWT serta kerjasama dari semua anggota yang terlibat di dalamnya, makalah dengan judul “MASALAH KOGNITIF ANAK USIA DINI” dapat kami selesaikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Permasalahan Anak Usia Dini yang dibina oleh Ibu Eneng Sri Susilawati, M.Pd.
Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan. Maka, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.


                                                                                                                 Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang............................................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C.  Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.  Permasalahan Kognitif Anak Usia Dini....................................................... 3
1.    Pengertian Permasalahan AUD.............................................................. 3
2.    Pengertian Perkembangan Kognitif........................................................ 3
B.  Jenis, Faktor dan Cara Penanganan Permasalahan Kognitif
Anak Usia Dini............................................................................................ 5
1.    Kesulitan Belajar .................................................................................... 5
2.    Autisme .................................................................................................. 10
3.    Sulit Konsentrasi..................................................................................... 12
4.    Giftedness (Keberbakatan)...................................................................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................................... 18
A.    Kesimpulan.................................................................................................. 18
B.     Saran............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 19



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Setiap anak lahir dengan kemampuan yang berbeda-beda, sejalan dengan  pendekatan humanis yang menyatakan bahwa individu lahir di dunia ini dengan karakteristik yang berbeda-beda dan dengan keunikannya masing-masing. Setiap individu dengan keistimewaannya masing-masing tidak pernah lepas dari masalah, utamanya peserta didik.
Anak Usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-8 tahun. Para ahli memandang masa usia dini adalah masa yang paling fundamental bagi perkembangan anak selanjutnya. Selain itu, pada masa ini juga dipandang sebagai masa keemasan atau Golden Age , masa sensitif atau masa peka, masa inisiatif dan berprakarsa, serta masa pengembangan diri.
Peserta didik sebagai subjek pendidikan tidak serta merta lepas dari masalah. Pembahasan makalah ini memfokuskan pada permasalahan perkembangan kognitif yang dialami oleh anak dalam rentang usia dini. Permasalahan pada anak usia dini adalah sesuatu hal yang akan mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena ketidaksesuaian pada perkembangannya. Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu masalah internal dan masalah eksternal.masalah internal terdiri dari masalah fisik (kesehatan) dan psikis merupakan masalah yang timbul dari dalam diri anak, sedangkan masalah eksternal adalah masalah yang terdiri dari masalah sosial merupakan masalah yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Permasalahan yang dialami oleh anak usia dini yang sering dijumpai adalah permasalahan pada perkembangannya, dan apabila  permasalahan tersebut tidak segera diatasi akan sangat berdampak buruk bagi  perkembangannya kelak. Berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan  perkembangan anak tidak hanya menghambat perkembangan emosi dan sosialnya, akan tetapi juga menghambat perkembangan fisik, intelektual, kognitif dan Bahasa.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan masalah perkembangan kognitif anak usia dini?
2.    Apa saja jenis permasalahan perkembangan kognitif anak usia dini?
3.    Faktor apa saja yang menyebabkan permasalah kognitif anak usia dini?
4.    Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan pada perkembangan anak usia dini?

C.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian permasalahan perkembangan kognitif
2.    Untuk mengetahui jenis permasalahan perkembangan kognitif anak usia dini
3.    Untuk mengetahui faktor penyebab permasalahan kognitif anak usia dini
4.    Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi permasalahan kognitif anak usia dini





 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Permasalahan Kognitif Anak Usia Dini
1.    Pengertian Permasalahan AUD
Secara harfiah masalah berarti gangguan, dengan demikian permasalahan pada anak dapat diartikan sebagai gangguan pada anak yang timbul karena berbagai faktor. Permasalahan yang umum dan sering terjadi pada anak adalah permasalahan yang berkaitan dengan perkembangannya.
Permasalahan pada anak usia dini adalah sesuatu hal yang akan mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena ketidaksesuaian pada perkembangannya. Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu masalah internal dan masalah eksternal. Masalah internal terdiri dari masalah fisik (kesehatan) dan psikis merupakan masalah yang timbul dari dalam diri anak, sedangkan masalah eksternal adalah masalah yang terdiri dari masalah sosial merupakan masalah yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
2.    Pengertian Perkembangan Kognitif
Menurut Yuliani (2005:1.2) Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Pamela Minet (2005:1.3) mendefinisikan bahwa perkembangan kognitif adalah perkembangan pikiran, pikiran adalah bagian dari proses berpikir dari otak. Pikiran yang digunakan untuk mengenali, memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami kesempatan penting. Sedangkan menurut Gardner dalam Munandar (2000:1.3), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu proses berfikir untuk memecahkan masalah pada suatu kejadian atau peristiwa tertentu.

Model pengembangan kognitif menurut Jean Piaget, menurut teori Jean Piaget mengenai perkembangan kognitif ialah “anak ternyata bukan merupakan miniature replica orang dewasa dan cara berpikir anak-anak tidak sama dengan cara berpikir orang dewasa”. Perkembangan kognitif mempunyai empat aspek yaitu :
a.    Kematangan : merupakan pengembangan dari susunan syaraf. Misalnya kemampuan melihat atau mendengar disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan syaraf yang bersangkutan.
b.    Pengalaman : merupakan hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya, dengan dunianya.
c.    Transmisi sosial : yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial seperti cara pengasuhan dan pendidikan dari orang lain yang diberikan kepada anak.
d.    Ekuilibrasi : yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak agar ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem mengatur yang dikemukakan oleh Piaget mempunyai dua faktor yaitu:
a.    Skema
Skema yaitu pola teratur yang melatarbelakangi tingkah laku tersebut, terpengaruh oleh apa yang masuk ke mulut. Namun menurut Piaget, semua perkembangan skema ini bersifat universal bagi seluruh umat manusia, sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah bahwa kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan (readiness) yang menunjuk pada kematangannya.
b.    Adaptasi
Adaptasi dibagi dalam dua proses yang saling mengisi yakni :
1)   Asimilasi : adalah proses dari luar terhadap struktur yang lengkap pada organisme. Misalnya : bayi akan meraih, memegang, melihat dan mungkin menggoyang-goyangkan sebuah boneka yang terletak di depannya. Atau contoh lain yaitu Gerakan menghisap ibu jari seorang bayi sama dengan gerakan menghisap ketika ia menyusu ibunya. Bayi mengintegrasikan ibu jari terhadap struktur kognitif yang sudah ada yaitu putting susu ibunya.
2)   Akomodasi :  adalah proses penyesuaian terhadap objek yang ada di luar dirinya. Misalnya : ketika bayi menghampiri bola pantai dia akan mencoba mendekap dan mendorong bola tersebut. Hal ini disebut akomodasi, secara khusus mengakomodasikan skema lama terhadap objek baru. (Yuliani, 2005 : 3.3-3.4)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan perkembangan kognitif pada Anak Usia Dini adalah anak yang mengalami gangguan di satu atau lebih proses dasar psikologi termasuk, memahami dan menggunakan bahasa (verbal dan tulisan), yang berdampak pada kemampuan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan kalkulasi matematika.

B.       Jenis, Faktor dan Cara Penanganan Permasalahan Kognitif Anak Usia Dini
1.    Kesulitan Belajar
Masalah gangguan belajar kerapkali dijumpai pada anak-anak. Masalah ini bisa timbul di sekolah maupun di luar sekolah. Anak yang mengalami gangguan belajar biasanya akan mengalami gangguan pemusatan perhatian (konsentrasi), gangguan daya ingat, gangguan membaca, menulis, berhitung dan lain-lain. Yang perlu kita ingat, bahwa anak-anak yang mengalami gangguan belajar bukanlah mengidap suatu penyakit, tetapi mereka hanya mengalami masalah pada proses pembelajarannya.
Dampak yang dialami oleh anak yang mengalami gangguan belajar bukan hanya pada proses tumbuh kembangnya, tetapi juga berdampak pada proses interaksi anak tersebut dengan lingkungannya. Terkadang bahkan keharmonisan keluarga juga dapat terganggu. Diantara kedua orang tua saling menyalahkan, merasa frustasi, marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah atau menolak kejadian yang menimpa mereka.

Terdapat 3 jenis gangguan belajar yang dapat terjadi pada anak usia dini, yaitu :
a.    Gangguan Membaca (Disleksia)
Menurut wikipedia, gangguan membaca (disleksia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada anak yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Akan tetapi anak tersebut tidak mengalami masalah dalam perkembangan kemampuan standar yang lain, seperti kecerdasan dan kemampuan menganalisa. Disleksia dapat terjadi karena adanya kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil. Dalam beberapa kasus juga disebabkan karena faktor turunan dari orang tua.
Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan uraian panjang lebar.
Adapun ciri-ciri anak yang mangalami disleksia adalah:
1)   Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.
2)   Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
3)   Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
4)   Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
5)   Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b – d, u – n, m – n.
6)   Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
7)   Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.
8)   Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.
Ada pun faktor penyebab dari disleksia adalah:
1)   Faktor keturunan : Disleksia cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota kidal. Namun, orang tua yang disleksia tidak secara otomatis menurunkan gangguan ini pada anak-anaknya, atau anak kidal pasti disleksia.
2)   Problem pendengaran sejak usia dini : Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tidak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi datau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya.
3)   Faktor kombinasi : Yakni kombinasi dari dua hal diatas. Faktor kombinasi ini menyebabkan anak yang disleksia menjadi kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu.
b.   Gangguan Menulis (Disgrafia)
Menurut National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), yang dimaksud dengan disgrafia adalah gangguan belajar yang terjadi karena anak kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis, menganalisis, dan memecahkan persoalan. Jadi anak tidak bisa menuliskan dan mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk tulisan.
Gangguan menulis (disgrafia) disebabkan oleh faktor neurologis, adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka.
Anak disgrafia tidak bisa menyusun huruf dan kata dengan baik. Mereka sulit mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Gejala ini mulai tampak ketika anak mulai belajar menulis. Anak disgrafia memiliki intelegensia normal, bahkan ada yang diatas rata-rata. Ia tidak mengalami gangguan motorik maupun visual, ia hanya mengalami kesulitan untuk menulis.
Adapun ciri-ciri anak yang mangalami disgrafia adalah:
1)   Ada ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2)   Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3)   Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4)   Sulit memegang alat tulis seperti pinsil.
5)   Cara menulis tidak konsisten.
6)   Tetap mengalami kesulitan meski pun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
Berikut adalah cara mengatasi anak disgrafia, yaitu :
1)   Pahami keadaan anak : Sebaiknya tidak membandingkan anak tersebut dengan anak-anak lain. Sikap seperti itu akan membuat orang tua / guru dan anak merasa stres.
2)   Menulis dengan memakai media lain : Beri kesempatan untuk menulis dengan menggunakan komputer atau mesin ketik. Dengan menggunakan komputer anak bisa mengetahui kesalahannya dalam mengeja dengan menggunakan fasilitas korektor ejaan.
3)   Membangun rasa percaya diri anak : Berikan pujian yang wajar bagi anak atas usahanya. Hindari untuk menyepelekan atau melecehkannya karena hal itu akan membuatnya rendah diri dan frustrasi.
4)   Latih anak untuk terus menulis : Pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya.
c.    Gangguan berhitung (Diskalkulia)
Diskalkulia adalah gangguan belajar yang berkaitan dengan kemampuan berhitung atau aritmatik. Anak-anak diskalkulia kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal matematika dan sulit menangkap konsep dasar aritmatik. Soal-soal yang diberikan sesuai dengan kemampuan usianya, namun sulit untuk dipecahkan oleh anak diskalkulia. Diskalkulia dikenal juga dengan istilah “math difficulty”.
Adapun ciri-ciri anak yang mangalami diskalkulia adalah:
1)   Sulit menentukan arah ke kiri atau ke kanan
2)   Sulit membaca jam, menghitung uang kembalian atau uang yang harus dibayarkan saat belanja. Dampaknya anak tersebut jadi takut melakukan kegiatan apapun yang harus melibatkan uang
3)   Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan
4)   Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
5)   Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya
6)   Sulit membedakan bangun-bangun geometri (bangun ruang)
Faktor-faktor yang menyebabkan Diskalkulia ini adalah:
1)   Kelemahan pada proses penglihatan atau visual.
2)   Kesulitan dalam proses mengurut informasi : Matematika sangat membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut dan mengikuti pola-pola tertentu, sehingga bila ada kesulitan dalam mengurut informasi, dan hal ini sangat berkaitan dengan proses mengingat, maka anak akan kesulitan untuk prosedur untuk menyelesaikan persoalan matematis.
3)   Fobia matematika : Adanya keyakinan dalam diri anak yang bersangkutan bahwa dia tidak bisa matematika akan membuat dia punya sikap yang negatif tentang matematika.
Untuk membantu anak dengan diskalkulia belajar, orang tua/guru bisa melakukan:
1)   Usahakan untuk menggunakan gambar, kata-kata atau grafik untuk membantu pemahaman.
2)   Hubungkan konsep-konsep matematika dalam aktivitas sehari-hari anak.
3)   Lakukan pendekatan yang menarik terhadap matematika, misalnya permainan matematika dalam komputer atau buku-buku.
4)   Tuliskan konsep matematis atau angka-angka di atas kertas agar anak melihatnya dan tidak sekedar abstrak.
5)   Dorong anak untuk untuk melatih ingatan secara kreatif, misalnya menyanyikan angka-angka atau cara lain untuk mempermudah penampilan ingatannya akan angka.
6)   Puji secara wajar untuk keberhasilan dan usaha anak.
7)   Lakukan proses asosiasi untuk konsep yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari

2.    Autisme
Autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks yang umumnya muncul sebelum usia tiga tahun sebagai hasil dari gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi normal otak. Gangguan ini memengaruhi perkembangan dalam area interaksi sosial dan keterampilan komunikasi. Anak penyandang autis umumnya menunjukkan kesulitan dalam komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, dan kegiatan bermain, serta waktu luang. Mereka juga menunjukkan pola-pola tingkah laku yang terbatas, berupa pengulangan, dan stereotip.
Adapun ciri-ciri anak yang mangalami Autisme adalah:
a.    Gangguan berbicara
Ciri dari anak autis yang pertama adalah gangguan saat berbicara. Hingga saat ini, tercatat ada 40% anak-anak yang menderita autis mengalami gangguan pada kemampuan berbicara atau hanya dapat mengucapkan satu hingga dua kata saja.
b.    Gangguan pada kemampuan sosial
Seseorang yang mengalami autis pada tingkat ringan, biasanya ciri yang sering muncul adalah ia merasa seperti orang asing saat berkumpul bersama dan canggung atau enggan berbicara terhadap orang lain. Akan tetapi jika seseorang sudah mengalami autis pada tingkat hiperaktif biasanya ia tidak akan mau berinteraksi dengan orang lain, menghindari kontak mata dan sangat sulit berbagai mainan, meskipun mainan tersebut hanya dapat dilakukan jika bersama-sama.


c.    Perkembangan dan pertumbuhan tidak seimbang
Anak autis cenderung memiliki kemampuan yang tidak seimbang. Sebagai contoh adalah anak autis akan mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam seni, akan tetapi mereka pun akan mengalami perkembangan yang sangat lambat terhadap kemampuan berbicara.
d.    Tidak suka kontak fisik
Ciri-ciri anak autis selanjutnya adalah anak autis tidak suka kontak fisik, seperti sentuhan ataupun pelukan. Akan tetapi tidak semua anak autis menunjukkan gejala yang sama. Sebagian besar anak autis lebih senang melakukan kontak fisik dengan seseorang yang dekat dengannya.
e.    Menyukai tindakan berulang
Anak autis juga sangat menyukai hal-hal yang sudah pasti, sehingga mereka sering dan senang melakukan rutinitas yang sama dalam setiap harinya. Perubahan aktivitas bagi anak autis sangatlah mengganggu dan terasa berat.
Berikut adalah penyebab anak Autis, yaitu :
a.    Permasalahan pada perkembangan awal seorang anak
Anak penyandang autis mengalami masalah kesehatan yang lebih banyak selama masa kehamilan, pada saat dilahirkan, dan segera telah dilahirkan, daripada anak yang bukan penyandang autisme.
b.    Pengaruh genetik
Adanya gangguan gen dan kromosom yang ditemukan pada studi terhadap keluarga dengan anak kembar menunjukkan peran yang besar dari faktor genetik sebagai penyebab dari autis.
c.    Abnormalitas Otak
Meskipun tidak diketahui tanda-tanda biologis untuk autisme, penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli menunjukkan adanya dasar biologis dari autis. Salah satu penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa gambar otak anak penyandang autisme berbeda dengan gambar otak anak normal.


Berikut adalah cara mengatasi anak Autis, yaitu :
a.    Modifikasi perilaku dengan bantuan tenaga profesional. Misalnya dalam pendekatan ABA (Applied Behavioral Analysis) untuk menguasai keterampilan yang diperlukan yang berfungsi dalam lingkungan, terapi integrasi sensori untuk menghadapi stimulasi sensoris, dan floortime untuk meningkatkan perkembangan emosi anak.
b.    Terapi wicara.
c.    Sarana pendukung dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan orang tua/pengasuh anak di luar waktu-waktu terapi, seperti:
1)      Pendukung visual agar anak lebih mudah berkomunikasi, mengutarakan keinginan, dan membantu anak memahami kehidupan dengan lebih baik juga membantu anak mengembangkan pemahaman tentang waktu dan pentingnya menghargai lingkungan.
2)      Hiking, berenang, berkuda, naik sepeda, sepatu roda, atau naik-turun tangga. Kegiatan-kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip terapi integrasi sensoric. Berinteraksi dengan anak dalam situasi bermain yang melibatkan sentuhan dan kontak matayang memadai.

3.      Sulit Konsentrasi
Gangguan sulit berkonsentrasi atau gangguan pemusatan perhatian (GPP) adalah  suatu  gangguan  pada  otak  yang  mengakibatkan  kesulitan  konsentrasi  dan pemusatan   perhatian.   Delapan   puluh   persen   anak      yang   mengalami      GPP memperlihatkan kesulitan belajar dan kelainan perilaku.
Ada tiga (3) tipe gangguan pemusatan perhatian, yaitu :
a.       Tipe   kombinasi : Ini   mudah   dilihat,   sehubungan   mereka   kurang   mampu memperhatikan aktivitas permainan atau tugas, perhatiannya mudah pecah dan   cenderung   mudah   kehilangan. mudah   berubah pendirian,  impulsif  dan  selalu  aktif,  mereka  juga  tidak mampu    asyik  dalam kegiatan yang menghabiskan waktu, seperti membaca dan bermain puzzle.
b.      Tipe  predominan  kurang  mampu  memperhatikan : Di kelas mereka  tidak  memperhatikan  pendidik  tetapi  melihat  langit-langit  kelas  atau bila  di  lapangan  sepak  bola  atau  tempat  bermain  diluar kelas,  mereka  justru mengamati  rerumputan  bukan  bola  atau  terlihat  terlibat  bermain  dengan berbagai   arena   permainan   dan   sering   tampak   melamun.
c.       Tipe  predominan  hiperaktif – impulsive : cenderung  terlalu  energik,  lari  kesana kemari,  tidak  bisa  diam  dan  melompat  seenaknya.
Adapun ciri-ciri anak yang mangalami Sulit Konsentrasi adalah:
a.    Gangguan  perhatian : Anak  tidak  mampu  memusatkan  perhatiannya kepada  sesuatu  hal  atau  obyek  tertentu  untuk  jangka  waktu  yang cukup   lama.
b.      Distraktibilitas : Akibat  kekurangan  perhatian,  anak  GPP  mempunyai kecenderungan    untuk    memperhatikan    rangsang    yang    kurang menonjol,   yang   dapat   berupa   distraktiblitas   visual   (penglihatan), auditoris   (pendengaran)   dan   internal.
c.       Hiperaktivitas : Hiperaktivitas   merupakan   aktivitas   motorik   yang tinggi  dengan  ciri-ciri  aktivitas  selalu  berganti,  tidak  mempunyai tujuan  tertentu,  ritmis  dan  tidak  bermanfaat.
d.      Impulsif : Mereka cenderung ingin "cepat   selesai" dalam   mengerjakan   sesuatu   dan   tidak mengutamakan  ketelitian.
e.       Tidak  pernah puas : Biasanya  anak  GPP  akan  selalu  meminta  pada orangtuanya  dan  bila  keinginannya  telah  terpenuhi  anak  GPP  tidak akan  puas  begitu  saja  tetapi  akan  meminta  hal  lain.
f.        Adanya  gangguan  belajar : Delapan  puluh  persen  anak  GPP  akan mengalami  kesulitan  belajar.  Hal  itu  disebabkan  karena  gangguan pemusatan    perhatian    biasanya    terdapat    bersama-sama    dengan gangguan   spesifik   lainnya   seperti   kesulitan   membaca,   dan kesulitan berhitung.



Berikut adalah penyebab anak Sulit Konsentrasi, yaitu :
Permasalahan gangguan atau pemusatan perhatian yang juga biasa dikenal dengan konsentrasi, diperkirakan berasal dari berbagai faktor antara lain:
a.    Faktor genetik terutama pada anak laki-laki
b.    Gangguan pada masa prenatal  atau pada masa di dalam kandungan dan pada masa perinatal atau pada saat proses kelahiran
c.    Ibu hamil yang kecanduan alcohol
d.    Akibat trauma kepala, misalnya karena proses persalinan yang menggunakan alat bantu, atau benturan keras di kepalanya
e.    Keracunan timbal, zat pewarna dosis tinggi dalam makanan
f.     Tekanan Psikososial seperti tidak mendapat perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya, sehingga kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi.
Berikut adalah cara mengatasi anak yang sulit untuk konsentrasi, yaitu :
a.    Mencermati aktivitas atau kegiatan yang disukainya, dengan ciri anak akan    memiliki    perhatian    yang    lebih    pada    aktivitas    tersebut dibandingkan    dengan    yang    lain.  Misalnya,    anak    suka    sekali memperhatikan gambar-gambar hewan . Hal ini dapat dijadikan dasar pendekatan kepada anak melalui hal yang disukainya.
b.    Mengajarkan  dan  menguatkan  perhatian  yang  terfokus  dan  mendetail. Anak   dibimbing   bersama   untuk   memperhatikan   sesuatu   dengan  seksama.   Misalnya   dengan   memperhatikan   stimulus   yang   berupa gambar-gambar  untuk  mencari  persamaaan  dan  perbedaan.  Selain  itu bagi  anak-anak  yang  suka  bermain  balok  dan puzzle, dapat  bersama-sama   mengerjakan. Jenis-jenis   mainan   edukatif   seperti   ini   dapat melatih daya konsentrasi anak.
c.    Dalam  menata  ruangan  kelas,  haruslah  rapi sehingga  anak  tidak  cepat beralih perhatiannya.
d.    Memberi   pujian   atau   ganjaran   kepada   anak,   bila   anak   dapat berhasil   menyelesaikan   tugas   dengan   baik.   Perlu   diperhatikan bahwa tugas yang diberikan jangan terlalu sulit atau terlalu mudah dan dalam proses menyelesaikan tugas.

4.    Giftedness (Keberbakatan)
Dari  beberapa literatur  asing,  keberbakatan  ini  menjadi  permasalahan sendiri bagi anak maupun bagi pendidik. Istilah ini juga untuk di beberapa tempat di  Indonesia  belumlah  populer,  walaupun  permasalahan  perilaku  pada  anak-anak seringkali disebabkan oleh adanya faktor keberbakatan ini.
Gifted adalah   sebutan   bagi   anak   yang   memiliki   bakat,   memiliki kemampuan  yang  luar  biasa  pada  hampir  semua  bidang  maupun  bidang-bidang tertentu, kreativitas tinggi dan bertanggungjawab pada tugas.
Berikut adalah permasalahan yang sering terjadi pada anak berbakat, yaitu :
a.    Mudah Bosan
b.    Mencari    metode    atau    sistemnya sendiri   dalam   melakukan   sesuatu, yang bertentangan dengan cara yang seharusnya sesuatu itu dikerjakan.
c.       Mudah  tertipu,  mudah  diperolok dan selalu berubah-ubah (pendirian)
d.      Perfectionist,  berkecil  hati,  kritis tentang dirinya dan orang lain.
e.       Menjadi   tak   sabar   atau   marah dengan interupsi.
f.        Membenci aktivitas atau permainan yang berulang-ulang
g.      Mengabaikan  detail  dan  melewati rutinitas;     tidak     sabar     dengan sesuatu yang tidak penting baginya.
Berikut adalah cara mengatasi anak berbakat, yaitu :
a.    Menghindari kritik terhadap apa yang dilakukannya.
b.    Memberikan  kesempatan  kepada  anak  dalam  bereksplorasi  sehingga tidak menghambat potensinya.
c.    Ketika   merencanakan   aktivitas   pendidik, carilah   cara-cara   yang membuatnya   lebih   menantang   bagi   anak   berbakat.
d.    Mintalah  anak  berbakat  untuk  memberikan  saran  tentang  perubahan aspek dari aktivitas dan ikuti gagasan yang pantas atau masuk akal. Hal ini   akan   memperluas   kecakapan   berpikir   mereka   dan   memberikan feedback atau   masukan   yang   bernilai   mengenai   pemikiran   dan kebutuhan mereka.
e.    Berilah  anak  berbakat  dengan  banyak  kesempatan  untuk  membuat pilihan  riil dan menjadi pemimpin.
f.     Ijinkan  anak  berbakat  untuk  mengikuti  minatnya  sendiri  sejauh  yang mereka  bisa.
g.    Karena kebanyakan anak berbakat sangat aktif dan memiliki minat luas, berikan  ragam  pilihan  luas  termasuk  permainan  yang  menantang,  teka-teki, situasi bermain drama dan mainan meja.








BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Secara harfiah masalah berarti gangguan, dengan demikian permasalahan pada anak dapat diartikan sebagai gangguan pada anak yang timbul karena berbagai faktor. Menurut Yuliani (2005:1.2) Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. anak yang mengalami gangguan di satu atau lebih proses dasar psikologi termasuk, memahami dan menggunakan bahasa (verbal dan tulisan), yang berdampak pada kemampuan mendengar, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan kalkulasi matematika.
Berikut adalah jenis permasalahan perkembangan kognitif pada Anak Usia Dini, Yaitu :
1.    Kesulitan belajar : Gangguan Membaca (Disleksia), Gangguan Menulis (Disgrafia), Gangguan berhitung (Diskalkulia)
2.    Autisme
3.    Sulit Konsentrasi
4.    Giftedness (Keberbakatan)



DAFTAR PUSTAKA

Nurani, Yuliani, dkk. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas Terbuka.
Saomah, Aas. 2004. Permasalahan-permasalahan Anak dan Upaya Penyelesaiannya. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Seefeltd, Carol., Wasik, B. A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Indeks






 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "MASALAH PERKEMBANGAN KOGNITIF"

Posting Komentar